Tarigan dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Semantik terbitan tahun 1995 menyatakan bahwa majas adalah bahasa kiaas, bahasa indah yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandigkan suatu benda atau hal hal tertentu yang lebih umum. Sementara itu, Djadjasudarma dalam bukunya yang berjudul Semantik 2 terbitan tahun 1999, menyatakan bahwa majas adalah
Jika Tarigan menyatakan majas adalah bahasa kias, kias itu sendiri mempunyai arti ibarat, sindiran, alasan berdasarkan persamaan dan perbandingan. Tarigan memakai kata kias dalam pengertian majas itu sendiri karena berdasarkan kegunaannya majas dipakai untuk mengibaratkan sesuatu. Contohnya bisa ditemukan pada kata Dewi Malan dan Raja Siang yang masing-masing dikiaskan atau diibaratkan sebagai Rembulan dan Matahari. Sedangkan Djadjasudarma menyatakan bahwa majas adalah
Dari ketiga pernyataan di atas, yang masing-masing dilontarkan ketiga tokoh, majas tidak hanya sebagai alat pengekspresian diri, tetapi lebih kepada suatu ungkapan yang bermakna. Dan di sini dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai pengertian majas. Majas adalah bahasa kias yang membahasakan sesuatu dengan cara yang lain yang menyiratkan suatu makna terselubung di dalamnya, dan digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan dan menghidupkan karangan.
Pengertian majas seperti pernyataan di atas, jika majas dibandingkan kata majasi yang berarti tidak sebenarnya (sebagai persamaan, kiasan, dsb) tidak jauh berbeda dengan pengertian majas yang berarti kiasan. Majas dikatakan bahasa kias yang berusaha membahasakan sesuatu dengan cara yang lain, karena majas dalam pemakaiannya menggunakan suatu sisi yang lain dalam pengungkapan dan pemilihan kata-kata yang berbbeda dengan ungkapan biasa pada umumnya. Majas lebih hidup, lebih bermakna jika dibandingkan dengan ungkapan biasa yang menggunakan kalimat atau bahasa biasa pada umumnya.
Majas sering digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan dan menghidupkan karangan oleh pengarang. Hal ini terjadi karena menggunakan ungkapan dengan majas, bahasa yang disajikan lebih hidup, lebih bermakna, dan lebih indah daripada ungkapan secara harfiah pada umumnya. Terjadang majas dipilih penulis atau pengarang untuk membahasakan perasaannya yang terbingkai dalam bahasa-bahasa yang indah dan bermakna sebagai bentuk ekspresi perasaannya. Jika Tarigan menyatakan majas sebagai bahasa kias, Djadjasudarma dan Rustamaji menekankan bahwa majas adalah sebuah
Menurut pengertian majas seperti kalimat di atas, bahwa majas adalah bahasa kias, di mana arti kias tersebut mengibaratkan sesuatu dengan yang lain atau membandingkan sesuatu hal dengan yang lainnya. Tetapi, kalau majas adalah bahasa kias, puisi juga menggunakan bahasa kias. Apakah puisi itu majas juga?. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, puisi adalah karangan kesusastraan yang berbentuk sajak. Kemudian dalam uraian di atas dikatakan bahwa majas berusaha membahasakan sesuatu dengan cara lain yang menyiratkan makna atau arti terselubung. Orang yang berpantomim juga berusaha membahasakan sesuatu dengan cara lain yang menyiratkan arti. Dalam hal ini cara lain yang digunakan oleh orang yang berpantomim adalah membahasakannya melalui gerak tubuh, isyarat-isyarat tangan, tanpa membuka mulut mereka atau
Majas juga digunakan sebagai alat mengekspresikan diri, di mana semua perasaan pengarang dituangkan. Tetapi seni juga merupakan media sebagai penuang atau pengekspresian dari seniman itu sendiri. Apakah seni jiga merupakan majas? Ketiga pertanyaan apakah puisi, orang yang berpantomim, dan juga seni itu merupakan majas atau bukan tentulah ketiganya bukan majas. Dari ketiga contoh tersebut, ada kekeliruan-kekeliruan yang terjadi yang harus diperbaiki mengenai pengertia majas tersebut.
Dengan kekeliruan-kekeliruan tersebut, pengertian majas direvisi kembali dan kesimpulan yang didapat mengenai pengertian majas ialah, bahwa majas merupakan suatu bahasa kias, bahas yang mengandung makna dan biasanya digunakan untuk menghidupkan suatu tulisan oleh penulisnya.
Majas adalah suatu bahas kias, bahasa yang mengandung makna, dan biasanya digunakan untuk menghidupkan suatu tulisan oleh penulisnya. Tetapi, majas bukanlah bahasa kias, karena majas tidak hanya mengibaratkan sesuatu dengan yang lain atau bahkan membandingkan sesuatu dengan yang lain, melainkan lebih dari itu. Karena majas merupakan suatu